Kamis, 20 April 2017

Tugas STL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangkit Tenaga Listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik , pada pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal, dan bangunan kerja. Terdapat juga komponen-komponen utama pembangkitan yaitu generator, Turbin yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi) mekanik menjadi energi (potensi) listrik. Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama yaitu : Pusat – pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana terdapat mesin –mesin yang membangkitkan tenaga listrik, dilengkapi dengan gardu induk penaik tegangan dimana tegangan rendah yang dihasilkan generator dinaikan menjadi tegangan tertentu dengan transformator penaik tegangan. Saluran – saluran transmisi/saluran udara tegangan tinggi (SUTT) berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk pusat pembangkit ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Tujuan Mengetahui tentang prinsip kerja PLTU dan perencanaan dalam pembangunannya. BAB II PEMBAHASAN pembangkit listrik tenaga UAP (PLTU) 2.1 Pengertian PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap batubara adalah salah satu jenis instalasi pembangkit tenaga listrik di mana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran batubara. Siklus di PLTU dapat dibedakan menjadi : Siklus Udara, sebagai campuran bahan bakar Siklus Air, sebagai media untuk menghasilkan uap air (steam) Siklus Batubara, sebagai bahan bakar Prinsip Kerja PLTU Siklus Rankine PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.  PLTU merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu : Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi. Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik. Gambar Proses konversi energi pada PLTU PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut : Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap. Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran. Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi listrik  sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output generator Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang. Gambar Siklus fluida kerja sederhana pada PLTU Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram T – s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal. Adapun urutan langkahnya adalah sebagai berikut : Gambar Diagram T – s Siklus PLTU (Siklus Rankine) a – b   : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah langkah kompresi isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi. b – c   : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik didih. Terjadi di LP heater, HP heater

Jumat, 13 Mei 2016

TUGAS UTS TEKNIK TEGANGAN TINGGI

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ARSETER PETIR DAN KOORDINASI ISOLASI”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa teknik elektro UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Surabaya, 13 Mei 2016 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUHAN............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1 1.3 Tujuan Pembuatan Makalah............................................................................ 1 1.4 Manfaat Pembuatan Makalah.......................................................................... 1 BAB II PENGERTIAN................................................................................................... 2 2.1 Pengertian Arseter Petir................................................................................... 2 2.2 Proses Terjadinya Petir......................................................................................3 2.3 Jenis Petir................................................................................................. 4 2.4 Parameter Petir.................................................................................................6 2.5 Karalteristik Sambaran..................................................................................... 7 2.6 Bentuk Gelombang Inplus ............................................................................... 8 2.7 Cara Masuknya Petir Ke Peralatan ................................................................. 11 BAB III PENGARUH SURYA PETIR................................................................. 13 3.1 Pegaruh Surja Petir Terhadap Transformator ................................................. 13 3.2 Osilasi didalam Transformator ........................................................................ 15 3.3 Sela Batang ...................................................................................................... 17 3.4 Dua Macam Tipe Arester ................................................................................ 21 BAB IV KOORDINASI ISOLASI .................................................................................24 4.1 Pengertian Koordinasi .................................................................................... 24 4.2 Karakteristik Koordinasi ................................................................................ 25 4.3 Sejarah Perkembangan ................................................................................... 25 4.4 Prinsip Dan Pngertian Dasar .......................................................................... 26 4.5 Karakteristik Alat Pelindung ......................................................................... 28 4.6 Karakteristik Isolasi ....................................................................................... 29 BAB V KESIMPULAN ..............................................................................31 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa sekarang kebutuhan energi listrik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya teknologi. Perkembangan yang pesat ini harus diikuti dengan perbaikan mutu energi listrik yang dihasilkan, yaitu harus memiliki kualitas dan keandalan yang tinggi. Gangguan yang terbesar dalam sistem tenaga listrik terjadi di daerah penyaluran (transmisi dan distribusi), karena hampir sebagian besar sistem terdiri dari penyaluran dan diantara sekian banyak gangguan yang terjadi, petir merupakan salah satu penyebabnya, hal ini dikarenakan letak Indonesia pada daerah Katulistiwa dengan iklim tropis dan kelembaban yang tinggi, sehingga menyebabkan kerapatan sambaran petir di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan negara lainnya. Terdapat dua macam sambaran petir, yaitu sambaran petir langsung ( direct stroke ) dan sambaran petir tidak langsung ( indirect stroke ). Sambaran petir langsung terjadi apabila petir menyambar langsung kawat fasa atau kawat pelindungnya. Sedangkan sambaran petir tidak langsung terjadi apabila petir menyambar objek di dekat saluran. Dalam tugas akhir ini akan membahas gangguan sambaran petir tidak langsung (indirect stroke ). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada tugas Arseter Petir adalah : 1. Pembahasan tentang Arseter Petir ? 2. Pembahasan tentang Koordinasi isolasi ? 1.3 Tujuan Pembuatan Makalah Tujuan di buat makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Arseter Petir dan Koordinasi Isolasi. 1.4 Manfaat Pembuatan Makalah Manfaat pembuatan makalah ini adalah diharapkan dapat memberikan pengalaman dan meningkatkan wawasan tentang Arseter Petir dan Koordinasi Isolasi BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Arester Petir Arester petitr adalah komponen perangkat listrik yang di pakai untuk menghilangkan tegangan kejut atau tegangan Surge yang timbul dijaringan daya listrik atau data yang disebabkan sambaran petir yang berhasil menerobos masuk jaringan pengkabelan. Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik menyalurkan energinya melalui saluran transmisi udara dimana saluran transmisi tenaga listrik yang terpasang di udara ini sangatlah rentanterhadap gangguan yang disebabkan oleh sambaran petir. Sambaran petir ini akan menghasilkangelombang berjalan (Surja Tegangan) pada saluran transmisi dan pada akhirnya dapat masuk kepusat pembangkit tenaga listrik. Oleh alasan ini, dalam pusat pembangkit tenaga listrik harusdilengkapi dengan lightening arrester (penangkal petir). Gelombang berjalan (surja tegangan) selain dihasilkan oleh gangguan petir, juga dapatterjadi karena adanya pembukaan dan penutupan pemutus tenaga listrik (Open Closing Circuit Breaker) atau adanya switching pada jaringan tenaga listrik. Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV (500 kV untuk standar tranmisi udara tegangan ekstra tinggi/SUTET di Indonesia), surja tegangan ini lebih banyak disebabkan oleh switching tenaga listrik padajaringan dibandingkan yang disebabkan oleh gangguan petir. Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan gelombang berjalanmenuju ke transformator akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka (karenatransformator mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan transformator. Lightening arrester ini akan bekerja pada tegangan tertentu di atas dari tegangan operasi yang berfungsi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi. Perbandingan dua tegangan ini disebut juga rasio proteksi arrester. Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan transformator agar apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan terjadi pada arrester dan tidak pada transformator. Rating arus arrester ditentukan dengan mempelajari statistik petir setempat. Misalnya di suatu tempat mempunyai data statistik yang menyatakan probabilitas petir yang terbesar adalah 15 killo ampere (kA), maka rating arrester yang dipilih adalah 15 kA. 2.2 Proses terjadinya Petir Suatu Petir bisa terjadi apabila ada awan yang bermuatan berada diatas bumi dalam jarak tertentu. Pada awan tersebut, muatan positif mengumpul pada bagian atas dan yang negatif berada disebelah bawah. Karena bumi dikatakan sebagai benda yang mempunyai muatan positif pada permukaannya. Oleh karena itu muatan negatif yang berada dibagian bawah awan akan tertarik oleh muatan positif yang ada di bumi, proses pengaliran muatan negatif dari awan menuju kebumi inilah yang dinamakan Petir. Muatan cenderung berkumpul pada tempat-tempat yang runcing, sehingga Petir cenderung pula menuju pada tempat-tempat tersebut. Mengingat besar/banyaknya elektron yang mengalir, maka disini akan mengalir pula arus listrik yang sangat besar sekali, nilainya dapat mencapai ratusan kilo Ampere. Awan bermuatan dapat terbentuk jika pada suatu daerah terdapat udara yang lembab dan gerakan angin keatas. Kelembapan ditimbulkan karena adanya pengaruh sinat matahari yang menyebabkan terjadinya penguapan air diatas permukaan tanah, uap air udara panas ini akan naik keatas karena adanya updraft (gerakan keatas) dari udara yang membentuk lapisan-lapisan awan. Untuk gambar proses terjadinya Petir dapat dilihat pada gambar.2.1. dibawah ini: Gambar 2.1. Gambar proses terjadinya Petir Pergerakan udara keatas terus menerus ini akan menyebabkan terjadinya pembentukan awan bermuatan dengan diameter beberapa kilometer dengan ketinggian hingga mencapai sekitar 10 km dan bagian awan terendah umumnya terletak antara 1 sampai 2 km diatas tanah sambaran Petir juga dibagi atas dua bagian : a. Sambaran langsung Sambaran langsung adalah sambaran yang langsung menyambar gedung atau obyek yang diproteksi, misalnya : sambaran pada hantaran udara tegangan rendah, atau sambaran pada pipa metal, kabel dll, pada jenis sambaran ini instalasi proteksi tagangan lebih akan dialiri oleh seluruh atau sebagian arus Petir. b. Sambaran jauh Sambaran jauh adalah sambaran yang misalnya menyambar hantaran udara atau induksi dari pelepasan muatan Petir awan-awan pada hantaran udara atau sambaran dekat dengan hantaran udara sehingga timbul gelombang berjalan (electromagnetic wave) yang menuju ke peralatan listrik. 2.3 Jenis Petir a. Petir awan ke tanah Jika muatan dibawah awan terendah melebihi kuat medan tembus udara, maka akan terjadi aliran electron dari awan ke tanah. Lidah Petir ini akan bergerak bertahap tergantung pada tersedianya electron udara, sehingga disebut sebagai step leader. Jika lidah Petir ini sudah mendekati suatu objek diatas tanah maka pada objek ini akan terinduksi muatan yang berlawanan dengan muatan pada step leader dan muatan ini akan bergerak menuju lidah Petir tadi disebut (connection leader). Untuk gambar pelepasan muatan Petir awan tanah dapat dilihat pada gambar.2.2.dibawah ini : Gambar 2.2. Pelepasan muatan listrik Pada suatu titik kedua muatan ini akan bertemu, titik ini disebut sebagai “Point of Strike” dan terjadi pelepasan muatan negatif dari awan ketanah melalui jalan yang telah dirintis oleh step leader. Leader ini disebut return stroke sehingga impuls arus Petir yang sangat besar dan berlangsung dalam selang waktu mikrodetik ini akan mengalir pada objek diatas tanah tersebut. Pada umumnya Petir awan tanah ini akan diikuti oleh beberapa Petir berikutnya dan disebut sebagai “ultiple stroke”. a. Petir tanah-awan Petir jenis ini terjadi pada objek-objek yang sangat menonjol diatas permukaan tanah, seperti puncak gunung, menara TV atau Radio, Gedung-gedung tinggi, menara Transmisi tenaga listrik. Muatan listrik akan muncul dari ujung objek diatas tanah ke awan bermuatan dengan proses yang sama seperti awan tanah. b. Petir awan-awan Petir jenis ini umumnya pelepasan muatan terjadi antara awan dengan antara pusat-pusat muatan didalam awan. 2.4 Parameter Petir Beberapa besaran yang berpengaruh dalam proses pelepasan Petir adalah : • Arus Puncak Petir : Besaran arus petir ini berpengaruh pada droop tegangan ohm, terutama pada tahanan pembumian. • Kecuraman arus Petir : di/dt Besaran ini berpengaruh pada drop tegangan induktif,misalnya drop tegangan pada konduktor yang menghantar arus, tegangan induksi pada rangkaian loop akibat kopling magnetic dll. • Muatan listrik arus Petir : Adalah jumlah energi listrik yang terjadi pada titik sambaran. • Arus kuadrat impuls : Adalah besaran yang berhubungan dengan semua efek mekanis yang timbul akibat sambaran Petir dan berpengaruh juga pada pemanasan impuls listrik pada tahanan ohm.² 2.5 Karateristik Sambaran Bentuk gelombang sambaran Petir dapat dilihat atau diberikan melalui suatu alat yaitu Oscillogram, sebagai contoh kita dapat lihat pada gambar 2.3. Oscillogram menunjukan bentuk gelombang arus Petir yang terjadi pada saluran udara. Gambar 2.3. Bentuk Arus Petir pada Oscilogram. Pada gambar 2.3.kurva 1 menunjukan hasil riset dari AIEC Commete yang menghasilkan frekwensi distribusi dan besar arus suatu kurva pesimik yang diperoleh Cenference On Large High Teusean Electrik Siste (CIGRC) setelah mengadakan observasi dengan menggumpulkan data-data terbaru dan digambarkan pada kurva 3 sehingga disini dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya arus sambaran lebih dari 100 KA adalah lebih besar. Karateristik waktu puncak dan bentuk gelombang arus seperti yang digambarkan pada 2.4. kurva ini adalah kurva distribusi kemungkinan yang berasal dari dua sumber yang lebih diuji yang mana membuktikan bahwa arus sambaran Petir yang tinggi sekali tidak bersamaan dengan waktu yang amat singkat untuk mencapai arus puncak, data dari lapangan 50% dari arus sambaran mempunyai rate of rise lebih dari 7,5 KA / us. Lama dari arus sambaran diatas setengah nilai yaitu 30 us dan 18% mempunyai separuh waktu lebih lama dari 50us. Gambar 2.4. Waktu Puncak Arus Sumbar Petir. 2.6 Bentuk Gelombang Impuls Salah satu penyebab fasa sistem tenaga listrik yaitu tegangan lebih dari luar yang disebabkan karena pelepasan oleh Petir. Tegangan lebih ini mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredam (dampak periodik) pada tempat yang terkena sambaran Petir, gelombangnya bermuka curam dan berekor pendek. Besarnya tegangan impuls yang harus diterapkan pada alat-alat listrik untuk menguji ketahanan Petir diterapkan dalam standar. Hal ini tergantung pada tempatnya dalam sirkit. Makin dekat dengan sumber Petir dan makin besar kemungkinannya terkena sambaran Petir maka makin tinggi tegangannya yang harus ditetapkan. Bentuk umum tegangan impuls adalah tegangan yang naik dalam waktu yang singkat disusul dengan penurunan yang lambat menuju harga nol, ditetapkan dengan persamaan : V=Vo .......................................................................(2.2) Bentuk gelombang dibuat dengan menetapkan ‘a’ dan ‘b’. Harga maksimum disebut harga puncak dari tegangan impuls. Definisi muka gelombang (Wave Front) dan ekor gelombang ditetapkan dalam standar sedemikian rupa dan puncak gelombang dapat diatasi. Untuk mengetahui suatu peralatan terhadap tegangan Petir, maka dilakukan pengujian dengan tegangan impuls yang berbentuk gelombang tertentu. Dari studi mengenai bentuk gelombang Petir didapat bentuk gelombang Petir didapat bentuk gelombang satandar pengujian yang menurut rekomendasi IEC dapat diperlihatkan pada gambar 2.5. berikut. Gambar 2.5. Bentuk gelombnag Impuls Standart Keterangan gambar 2.5.: Vs = tegangan puncak Tt = Ekor gelombang : 50 us Tf = Muka gelombang : 1,2 us Menurut IEC = Tt * Tf = 1,2 * 50us Gelombang impuls standart ini diterapkan pada peralatan saluran dan transformator daya maupun distribusi untuk menentukan tingkat isolasi dasar (Bil) alat tertentu. Apabila suatu gelombang energi listrik (gelombang surja) merambat sepanjang kawat transmisi dengan induksi L dan kapasitansi C maka kawat transmisi itu akan mempunyai impedansi surja yang konstan dalam menghubungkan tegangan dan arus selama terjadi gelombang surja hal ini membuktikan bahwa gelombang tegangan dan arus berasal dari suatu sumber. Sebelum mangetahui ketentuan-ketentuan mengenai karateristik alat pelindung yang digunakan untuk melindungi gangguan yang disebabkan oleh surja Petir pada peralatan tenagan listrik maka harus diketahui besar tegangan surja Petir yang mungkin terjadi dan dapat diperlihatkan pada gambar 2.6. berikut : Gambar 2.6. Besar tegangan surja petir yang mungkin terjadi Keterangan gambar 2.6 : A = Gelombang impuls yang datang B = Gelombang cepat, terpotong pada muka. C = Gelombang terpotong pada ekor. D = Gelombang penuh. E = Lengkung Volt-Waktu F = Gelombang terpotong pada puncak. G = Gelombang terpotong pada ekor dengan kemungkinan lompatan 50%. Surja pada kawat transmisi dapat mempunyai lengkung (A) bila ia sampai pada gardu induk. Gelombang tersebut dapat datang ke gardu induk sebangai gelombang yang curam dan terpotong mukannya (lengkung B) atau sebagi gelombang curam yang terpotong kira-kira 3 us pada ekornya. (lengkung C) atau dapat berupa gelombang penuh (Lengkung D), Lengkung (C) didapat dengan menghubungkan ketiga puncak dari tiga gelombang diatas yang merupakan karateristik Volt-Waktu dari isolasi yang harus menahan bermacam-macam gelombang tegangan yang datang pada gardu induk. Lengkung ini juga melalui titik-titik lompatan api 50 % (lengkung G). Jadi lengkung volt-waktu adalah lengkung yang menghubungkan puncak-puncak tegangan lompatan api bila sejumlah impuls dengan bentuk tertentu diterapkan pada isolasi peralatan. 2.7 Cara Masuknya Petir Keperalatan Mengingat bahaya yang terjadi maka kita perlu mempelajari bagaimana petir tersebut masuk keperalatan sistem tenaga listrik. Dengan demikian kita dapat menentukan peralatan pengamannya, perlatan pengaman ini diperlukan mengingat tegangan yang timbul oleh Petir dapat melebihi kekuatan isolasi peralatan yang akan menyebabkan terjadinya flash over (lompatan bunga api) atau isolasi mengalami kerusakan. a. Sambaran Langsung Sambaran langsung adalah sambaran yang langsung menyambar gedung atau objek yang diproteksi, misalnya : sambaran pada hantaran udara tegangan rendah, atau sambaran pada pipa metal, kabel dll. Pada jenis sambaran ini instalasi proteksi tegangan lebih akan dialiri oleh seluruh atau sebagian arus Petir. b. Sambaran Jauh Sambaran jauh adalah sambaran yang misalnya meyambar hantaran udara atau induksi dari pelepasan muatan Petir awan pada hantaran udara atau sambaran dekat dengan hantaran udara sehingga timbul gelombang berjalan (electromagnetic wave) yang menuju keperalatan listrik. c. Sambaran tidak langsung atau induksi Bila terjadi sambaran Petir ke tanah didekat saluran maka akan terjadi gejala transien pada kawat saluran. Gelombang tegangan Petir ini akan merambat sampai ke gardu induk. Pada tempat yang terkena sambaran Petir gelombangnya berekor dan bermuka curam. Selama gelombang ini berjalan melalui saluran teransmisi bentuknya berubah, mukanya terjadi kurang curam dan ekornya bertambah panjang, sedangkan amplitudonya berkurang karena efek kulit dari saluran. Tegangan lebih Temporer Tegangan lebih temporer adalah suatu tegangan lebih yang berlangsung terus menerus dan kurang teredam hal ini juga mempunyai frekwensi daya, sehingga tegangan yang lebih ini dapat dikatakan sebagai tegangan lebih frekwensi daya (Power frewkwensi over voltage), penyebab terjadinya tegangan tersebut adalah : a. Tegangan akibat efek Feranti yang hanya terjadi pada rangkaian yang mempunyai komponen yang dapat jenuh seperti Transformator dimana ia mempunyai komponen I dan C kenaikan tegangan terjadi setelah melalui titik satabil. b. Kenaikan tegangan dari fasa yang sehat pada waktu ada gangguan satu fasa ketanah, pada sistem tegangan naik karena adanya tegangan jatuh dari titik netral untuk sistem yang di ketanahkan dan kenaikannya relatif terhadap tanah. BAB III PENGARUH SURYA PETIR 3.1 Pegaruh Surja Petir Terhadap Transformator Dalam suatu sistem tenaga listrik banyak terdapat peralatan listrik yang harus dilindungi dari pengaruh surja Petir akan tetapi disini ditekankan pada suatu peralatan utama yang paling penting dan harus dilindungi dari sambaran surja Petir yaitu transformator. Karena selain peralatan pokok dalam penyaluran tenaga listrik juga merupakan peralatan listrik yang paling mahal, bila transformator rusak akan membutuhkan waktu yang lama dalam perbaikannya. Tegangan lebih yang terjadi pada transformator tergantung dari bentuk gelombang elektromagnetiknya. Gelombang ini dapat disebabkan oleh surja Petir yang sampai ke peralatan transformator, tegangan lebih tersebut bisa terjadi di dalam transformator, apabila tegangan antara kumparan-kumparan tersebut menjadi beberapa kali dari tegangan normalnya. Dari pengalaman telah membuktikan bahwa lilitan yang paling dekat dengan terminal transformator adalah yang sering rusak karena tegangan lebih (sambaran surja Petir). Tembusnya isolasi dapat terjadi pada beberapa titik dari kumparan, tergantung dari karateristik isolasinya, misalnya tidak homogennya isolasi pada titik tersebut, dengan tembusnya isolasi dapat dianggap bahwa transformator tersebut telah rusak dan akan menggangu pelanyanan penyaluran energi listrik terhadap masyarakat (konsumen). Jika sebuah gelombang berjalan yang ditimbulkan oleh sambaran Petir menuju ke transformator maka Transformator akan lebih bersifat sebagai rangkaian kapasitif dari pada rangkaian induktif. Surja Petir mempunyai muka gelombang yang sangat curam, sehingga dalam waktu yang sangat pendek tidak mungkin arus mengalir pada induktansi yang berharga besar dari gulungan Transformator. Tetapi terdapat kapasitansi antara gulungan Transformator ke inti besi dari Transformator, hal ini menyebabkan Transformator berreaksi sebagai beban kapasitif terhadap gelombang berjalan yang disebabkan tegangan lebih Petir. Pada keadaan stedy state arusnya secara praktis hanya mengalir pada kumparan transformator dan hanya di pengaruhi oleh R dan L. Tetapi dengan adanya tegangan lebih keadaanya akan berbeda, dimana prosesnya akan cepat dan transformator akan bekerja dengan frekwensi tinggi, yang ditentukan oleh induktansi (L) dan kapasitansi (C) dari kumparan, yaitu : F = Dalam keadaan ini impedansi induktif (yang diketahui sebagai tahanan) dari transformator menjadi sangat tinggi sedangkan pengaruh kapasitansinya terasa berkurang, sehingga dengan adanya tegangan lebih tersebut, seakan akan mengalir hanya melalui rangkaian kapasitip yang terdiri dari seri dan paralel, yaitu kapasitansi antara lilitan-lilitan dan kapasitansi antara kumparan dengan tangki atau body. Setiap lilitan dari kumparan transformator mempunyai self induktance (induktasi sendiri), karena adanya fluksi ketika dialiri arus. Lilitan yang satu berdekatan dengan yang lain sehingga akan ada mutual induktansi (induktansi gandeng), karena adanya eddy current (arus eddy) di dalam Transformator maka induktansi yang lain antara inti dan inti juga diperhitungkan. Disamping itu setiap lilitan dari kumparan transformator mempunyai kapasitansi terhadap tangki dan kapasitansi antara lilitan satu dengan yang lain. Kapasitansi gandeng antara sederetan kumparan adalah yang paling tinggi dalam transformator. Karena adanya kerugian dalam tahanan isolasi serta kerugian pada inti, surja yang datang pada kumparan akan terendam. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan tersebut dibuat pendekatan sebagai berikut : a. Semua Kerugian karena tahanan kumparan, tahanan isolasi dan kerugian inti diabaikan b. Kapasitansi antara kumparan (kapasitansi seri) dan kapasitansi antara lilitan dengan tangki (kapasitansi paralel) adalah penting untuk menentukan keadaan awal dan keadaan akhir dari distribusi tegangan 3.2 Osilasi didalam Transformator Tegangan Lebih yang terjadi didalam transformator oleh karena surja yang datang, menyebabkan osilasi didalam Transformator. Osilasi ini dipengaruhi oleh induktansi dan kapasitansi dari kumparan. Hal ini sebagaian besar dipengaruhi oleh distribusi tegangan awal sebab adanya kapasitansi rangkaian yang tidak kontinyu., dalam waktu singkat arus mengalir dalam elemen induktif dan kapasitif dari kumparan. Distribusi tegangan awal mulai berubah dan akhirnya sebagian besar dipengruhi oleh rangkaian induktif. Keadaan transisi dari keadaan awal dan akhir dari distribusi tegangan ini, mempunyai pengaruh dalam bentuk peredaman dari osilasi antara kapasistif dan induktif. Didalam kumparan transformator, osilasi dapat mengalami perambatan dibawah fekwensi kritis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa gelombang rectaguler mempunyai banyak sekali harmonisa. Harmonisa dari frekwensi lebih besar dari frekwensi kritis tak dapat menembus lebih dalam pada kumparan, karena standing exponensial distribution sama seperti distribusi dari gelombang diam. Tegangan surja pada suatu titik dari kumparan dapat terdiri dari gelombang dan standing exponential distribution yang disebabkan oleh gelombang refleksi. Gambar 2.8. Osilasi didalam Transformator. Keterangan gambar : (a) : Gelombang datang (b) : Gelombang yang diteruskan (c) : Standing exponetiel distribution. Frekwensi osilasi : = (1/Ll C - C / C .b .w ) Untuk harga w yang rendah dan tidak ada kapasitansi mutual kopling di dapat : = Akan nol bila (1/L C - C / C . b .w ) = 0 w = (1/Ll C )( C / C . ) w = f kumparan menjadi seperti filter bila f>f (Frekwensi Kritis) Keterangan dari rumus diatas : C = Kapasitansi antara kumparan dan body per unit panjang (farad) C = Kapasitansi seri dari kumparan per unit panjang (farad) L = Induktansi sendiri dari kumparan per unit panjang (farad) Osilasi akan merambat kekumparan yang bagian dalam apabila frekwensi yang timbul lebih kecil dari frekwensi kritisnya. Akan tetapi surja Petir yang masuk kekumparan akan mempunyai frekwensi yang lebih besar dari frekwensi kritisnya, sehingga gelombang surja hanya akan merusak isolasi bagian kumparan yang dekat dengan pangkal saluran. Hal ini disebabkan karena surja yang masuk terdiri dari gelombang berjalan dan standing exponential distribution yang disebabkan oleh gelombang refleksi. Inpedansi dari transformator sangat besar dan berkisar antara 500 – 45.000 ohm. 1) Sela batang (Rod gap) 2) Sela sekring (Fuse gap) 3) Tabung pelindung (Protective Tube) 4) Arrester. 5) Kawat Tanah. 3.3 Sela Batang Sela batang adalah suatu alat pelindung yang paling sederhana. Alat ini terdiri dari dua buah batang logam yang mempunyai penampang tertentu (Bisaanya Bersegi). Yang satu dihubungkan dengan kawat trasmisi dan yang satunya dihubungkan dengan kawat tanah. Oleh karena jarak suatu celah berkorespodensi dengan satu tegangan percikan untuk suatu bentuk gelombang tegangan tertentu, maka untuk beberapa macam karateristik isolasi, alat ini bisaanya dipakai sebagai pelindumg. Keuntungan dari sela batang ini ialah bentuknya yang sederhana, mudah dibuat dan kuat. Cacatnya ialah sekali terjadi percikan karena tegangan lebih, busur api timbul terus meskipun tegangan lebihnya sudah tidak ada. Oleh sebab itu sirkit harus diputuskan lebih dahulu guna menghentikan percikan tersebut, kecuali itu tegangan gagalnya naik lebih tinggi dari isolasi yang dilindungi untuk gelombang berwaktu pendek sehingga diperlukan celah yang sempit gelombang yang curam. Oleh karena itu sela batang dipakai sebagai pelindung cadangan atau dengan kombinasi sirkit harus diputuskan lebih dahulu guna menghentikan percikan api tersebut atau dengan kombinasi circuit breaker yang mempunyai kecepatan menutup kembali yang tinggi (High Speed Reclose Operation). Meskipun sela batang merupakan pengaman cadangan namun dalam pentusun suatu koordinasi, sela batang tidak dapat dipisahkan terhadap alat proteksi surja, karena memang keduanya saling melengkapi dalam kegunaanya. Dengan mengatur jarak /gap sela batang kita dapat menentukan Hight Level Insulation sesuai dengan yang direncanakan lihat gambar 2.7 . Gambar 3.1. Alat Pelindung Penangkal Petir Rod Gap 2) Sela Sekring Sela sekring adalah suatu alat pelindung sela batang yang dihubungkan seri dengan sekring yang digunakan untuk menginterupsikan arus susulan yang diakibatkan oleh percikan api. Oleh sebab itu sela sekring mempunyai karateristik yang sama dengan sela batang dan meskipun ia menghindarkan pemutus sirkit sebagai akibat percikan tetapi memerlukan penggantian dan perawatan sekring yang dipakai. Kecuali itu agar penggunaannya efektif harus diperhatikan juga koordinasi antara waktu lebur sekring dan waktu kerja relay pengaman. 3) Tabung Pelindung Tabung pelindung terdiri dari sebuah batang serat dimana terdapat sepasang berbentuk sedemikian rupa sehingga tegangan gagal impuls lebih rendah dari pada isolasi yang dilindungi. Pada tiang transmisi tabung pelindung dipasang dibawah tiap kawat sehingga elektroda atas dapat di hubungkan dengan sebuah tanduk logam yang terletak sejauh D1 dan kawat (Gambar 3.1). elektroda atas dan bawah dibumikan adalah D2 dan jarak D3 maka syarat perlindungan yang harus dipenuhi adalah : D1+D2

Kamis, 30 April 2015

LAPORAN KEWIRAUSAHAAN WAWANCARA KONVEKSI KERUDUNG NAMA : ARGA ENGGAR PRATAMA NIM : 13041005 FAKULTAS : TEKNIK JURUSAN : ELEKTRO (SORE / A) UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA 2014 / 2015 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan hasil wawancara ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan ini kami membahas mengenai hasil wawancara kami dengan salah satu Konveksi Kerudung Azalea yang ada di Sidoarjo Laporan hasil wawancara ini di susun dengan tujuan untuk memotivasi masyarakat khususnya mahasiswa agar tidak takut untuk berwirausaha sendiri. Dengan diselesaikannya laporan hasil wawancara ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan laporan hasil wawancara ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan hasil wawancara ini. Dalam penyusunan laporan ini, kami akui masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan laporan ini kami terima dengan tangan terbuka. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Gresik, 28 April 2015 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………….............…………….....……………1 DAFTAR ISI……………………………………………………………...………………2 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang…………………………………………………………..…………...............……3 Sejarah Berdirinya……………………………………………………...............…………………3 Tujuan Berdirinya……………………………………………………................…………………4 BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Konveksi dan Karakteristiknya………………............................………………6 2. Jenis Jenis Produk…………………………………………..............................……………6 3.Bahan Baku……………………………………………….............................………………6 4. Pembagian Kerja Karyawan……………………………............................………………...6 5. Strategi Jitu Pemasaran………………………………..............................………………6 Pelayanan Produk…………………………………………….................................…………7 Pelayanan bagi Karyawan…………………......................................………………….…7 Penjualan & Pemasukan…………………………………....................................…………....7 Foto............................................................................................................................................ 8 BAB III Kendala Dan Cara Mengatasinya Kendala & Cara Mengatasinya…………………………......................................………10 BAB IV PENUTUP Kesimpulan…………………………………………........................................……………11 Saran………………………………………......................................………………………11 Lampiran…………………………………………........................................……...…11 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Era globalisasi saat ini sangatlah banyak orang memperebutkan suatu jabatan / posisi dalam suatu perusahaan. Sebelum memasuki suatu perusahaan setiap orang pasti akan di seleksi sesuai dengan kualifikasi dan kriteria yang di inginkan perusahaan untuk menempati suatu posisi & jabatan tersebut. Tak semua orang bisa lolos dalam seleksi karena lowongan pekerjaan yang sempit disebabkan orientasi mayoritas masyarakat saat ini adalah mencari kerja bukan mempekerjakan. Hal ini menjadi masalah ekonomi makro dalam negara kita. Bagaimana tidak? Angka pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya, belum lagi banyaknya “job seekers” yang kurang mempunyai inisiatif ataupun takut mengambil resiko mengawali bisnis. Berkaca dari hal tersebut, perlulah masyarakat Indonesia menyadari bahwa negara kita butuh banyak entrepreneur – entrepreneur muda yang mempunyai jiwa tangguh, ulet, gigih, berani mengambil resiko dan cepat mengambil keputusan yang tepat dalam rangka bukan hanya menyejahterakan dirinya / golongannya sendiri, namun masyarakat sekitar juga ikut di sejahterakan. Atas dasar itulah, kami selaku pewawancara ingin mengetahui lebih dalam dan rinci tentang seluk beluk, sejarah, dan hal hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang mempekerjakan orang ini. 2 Sejarah Berdirinya Konveksi Kerudung Azalea berdiri pada Juni 2013. Dengan modal awal 20 Juta rupiah yang di dapat dari peminjaman pemilik kepada Bank Mandiri, bisnis konveksi pun mulai di rintis. Pada awalnya hanya berkaryawankan 2 orang, yaitu sang pemilik (Ibu Aza) dan temannya. Saat itu belum ada tempat pemasaran Konveksi seperti sekarang, jadi publikasi yang bapak Ibu Aza lakukan adalah dengan memberikan kartunama ke teman-teman akrab. Dulu juga terkadang karena peralatan Konveksi yang masih terbatas, Ibu Aza mengoper pekerjaannya ke konveksi lain yang lebih memadai fasilitas & perlengkapannya. Pak Yayan mendirikan bisnis ini karena sudah turun temurun keluarganya menekuni bisnis konveksi sehingga ilmu tentang pengorganisasian bisnis konveksi bisa di dapatkan dari lingkungan keluarga beliau sendiri. Pelebelan nama “Azalea”. Saat ini Konveksi Azalea telah mempunyai 5 karyawan dan omset penjualan 5 - 7 Juta / bulan. 3. Tujuan Berdirinya Tujuan berdirinya konveksi nanda yang utama adalah meneruskan keahlian Ibu Aza yang telah ahlih dalam bidang membuat kerudung yang di dapatnya dari pengalaman selama menjadi karyawan di suatu pabrik konversi. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Konveksi dan Karakteristiknya Konveksi merupakan bisnis pembuatan busana atau bahan lain yang membutuhkan jahitan. Berbagai kebutuhan manusia di dapatkan dari pembelian produk konveksi, diantaranya busana dari aksesorisnya, tas, taplak meja, sprei dan bed cover, celemek, serta perlengkapan bayi. Karena banyaknya produk yang dihasilkan dari konveksi, maka banyak pula peluang untuk membangun bisnis di bidang itu. Biasanya bisnis konveksi memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Ada yang khusus bergerak dalam pembuatan celana jeans, jilbab, busana muslim, baju koko, seragam sekolah, samapi tas dan perlengkapan lainnya. Spesifikasi ini memudahkan pebisnis untukmenjalankan bisnis konveksi agar tetap lancar dan semakin berkembang. Beberapa ciri khas bisnis konveksi : - Konveksi dikerjakan secara massal dan mengejar kuantitas. Bisnis konveksi menghasilkan produk yang dijual secara massal. Masing-masing produk dibuat dalam jumlah yang besar. Hal ini membedakan konveksi dengan penjahit pada umumnya atau dari butik yang hanya memproduksi barang dalam jumlah terbatas dan bahkan satu model untuk satu barang saja. - Konveksi mengharuskan pebisnis untuk memanage para penjahit. Bisnis konveksi tidak bisa dilakukan secara individual. Seorang pebisnis perlu untuk memanage keberadaan dan kinerja para penjahit yang memproduksi barang. Ada yang bekerja di tempat usaha dan ada yang dibawa pulang untuk dijahit di rumah. Untuk kemudian para penjahit tersebut melakukan setoran ke tempat pebisnis. - Pebisnis menyiapkan bahan dan peralatan dalam jumlah besar Bisnis konveksi mengharuskan pebisnis menyiapkan bahan dan peralatan dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini untuk memangkas biaya sehingga dapat menjula produk dengan harga yang lebih murah daripada produk yang dibuat secara eksklusif. - Menghasilkan produk yang laku di pasaran. Bisnis konveksi juga perlu untuk melihat trend mode baik dalam busana, aksesori, maupun jenis produk lainnya. Karena dengan menghasilkan produk yang laku di pasaran maka perkembangan dan pergerakan bisnis ini akan beranjak ke arah yang lebih baik. Produk yang diminati konsumen akan diburu untuk kemudian dibeli sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Jenis Jenis Produk Selain seragam sekolah, seragam kamtor dan kemeja, pihak konveksi juga mampu membuat pakaian organisasi, jaket. Dari bordir hingga sablon. Semua bisa diolah dari kain poloh menjadi modern. “Banyak pelanggan yang berminat kesini karna system yang kami buat sangat menguntungkan pelanggan. Apa saja bisa kami buat disini. Dan desain juga tak monoton, konsumen juga bisa memilih bahan,” ujar pak Yayan. Bahan Baku Nanda Konveksi sudah memiliki supplier dari Bandung, Jakarta, dan beberapa kota besar lainnya. Konveksi nanda mempergunakan bahan baku berupa tekstil dari bermacam-macam jenis, seperti katun, kaos, linen, polyester, rayon, dan bahan-bahan syntesis lain ataupun campuran dari jenis bahan-bahan tersebut. Pembagian Kerja Karyawan Masing- masing karyawan yang bekerja di Konveksi Nanda mempunyai tugas dan pekerjaan. Diantaranya yaitu: • Karyawan bagian setting design • Karyawan bagian pemotongan kain • Karyawan bagian obras dan jahit • Karyawan bagian pasang kancing • Karyawan bagian packing Dari kesemua pembagian tugas untuk karyawan, yang paling inti adalah karyawan bagian pemotongan kain, serta karyawan bagian obras dan jahit. STRATEGI KONVERSI AZALEA Untuk harga, ditawarkan mulai dari Rp15 ribu perunit sampai Rp 100 ribu. “Kalau harga tergantung jenis bahannya, seperti, katun, lotto, diadora, parasut dll. Dan ditengah persaingan ini, pihak kami tak mengambil banyak keuntungan, yang penting hasil maksimal dan konsumen puas,” Pelayanan Produk Kepada para pelanggan, minimal memesan kerudung. Pemesanan minimal 2 bulan sebelumnya agar mendapatklan hasil yang baik karena orderan dikerjakan lebih awal. Proses pembuatan nya paling cepat 10 hari dan paling lama 2 bulan. Jika pesanan ada yang tidak sesuai atau rusak maka konveksi nanda akan menggantinya dengan yang baru. 7. Pelayanan Bagi Karyawan Selain melayani konsumen dengan baik, Konveksi Nanda juga melayani karyawannya dengan baik pula. Karyawan di berikan fasilitas tempat tinggal yaitu tinggal di rumah bertingkat tempat produksi konveksi nanda dilakukan, lalu memberi makan 2x sehari pada karyawannya. Semua fasilitas bagi karyawan ini diluar upah utama. 8. Penjualan & Pemasukan Biasanya banyak pemesanan perhari itu relatif, tergantung sikon di pasar. Misalnya, saat memasuki tahun ajaran baru maka orderan sedang marak-maraknya untuk membuat kerudung sekolah baik SD, SMP, maupun SMA. Namun jika di hitung rata-rata, maka biasanya perhari mendapat orderan 20-25 lusin. Orderan paling jauh yaitu dari Madiun. Biasanya mengirim ke Madiun nya menggunakan titipan kilat, atau si pemesan langsung ke maiun ketika liburan, selain liburan ke Madiun, juga sekaligus mengambil barang yang sudah di pesan. Dan pengeluaran perbulan untuk biaya variabel, biaya pemrosesan, biaya untuk gaji karyawan & biaya tetap (fixed cost) adalah ± Rp 1,5.000.000,00 – Rp 2.000.000,00 4. Foto BAB III KENDALA DAN CARA MENGATASINYA Dalam perjalanannya merintis bisnis tentu Konveksi Azalea tidak mulus mulus saja ketika bisnis ini berjalan. Seperti bisnis / ukm lainnya, Konveksi Azalea juga mempunyai hambatan – hambatan yang pernah dialami, antara lain : 1. Untuk memulai bisnis pasti perlu lah modal, Konveksi Azalea pada awalnya kekurangan modal untuk memulai bisnis ini, yang pada akhirnya di ambil keputusan bahwa modal awal meminjam ke Bank. Modal awalnya adalah Rp25.000.000,00 2. Mengambil tenaga kerja di kota sangat susah sehingga pihak Konveksi Azalea menyerap tenaga kerja didaerah pedalaman yang putus sekolah. 3. Mengenai gaji karyawan. Banyak karyawan yang keluar karena gaji yang diberikan tidak teratur. Solusinya, Konveksi Azalea memberi bonus kepada karyawan yang berkerja lembur. BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Jadi kesimpulan yang bisa kami ambil dari aktivitas wawancara dengan salah satu Konversi yang ada di Sidoarjo adalah bahwa perjuangan tak akan sia-sia, ia akan berbuah manis pada waktunya. Sama halnya dengan kisah Ibu Azalea, seorang ibu rumah tangga yang tadinya tidak memiliki modal sama sekali untuk membangun usaha. Namun dengan tekad yang kuat dan keyakinan yang teguh, Ibu Azalea berhasil melewati masa-masa sulitnya dahulu sehingga menjadi sukses seperti sekarang. 2. Saran Saran kami terhadap Konveksi Azalea demi kemajuan usahanya adalah : • Membuat situs resmi bisnis konveksi, baik di media sosial, blogger, wordpress, tumblr, dsb. • Melakukan ekspansi usaha agar pendapatan kian meningkat dan kebutuhan masyarakat terpenuhi.